SEJARAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN

“SEJARAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN”


A.    Sejarah Agama Kristen Protestan di Dunia

Berawal dari dunia Katholik yang memberikan kekuasaan yang begitu besar kepada Paus ternyata menimbulkan masalah. Terutama dari kalangan raja-raja yang merasa tersaingi khususnya dalam hal kekayaan. Disamping itu beberapa factor lain seperti factor ekonomi, politik, nasionalisme, paham individualism Renainsans, dan keperhatinan yang semakin meningkat terhadap penyalahgunaan wewenang gereja, semua itu memang peranan penting terhadap timbulnya perpecahan agama Roma Khatolik. Puncak krisis gereja Khatolik Roma adalah ketika Paus Leo X menganjurkan penjualan surat-surat penebusan dosa secara besar-besaran untuk mengisi kas gereja.
Anjuran Paus Leo X ini ditentang oleh seorang rahib bernama Luther (1483-1546 M). Dua tokoh lainnya yaitu Zwingli (1484-1531M), dan Jhon Calvin (1509-1564 M) mengikuti Luther untuk menentang gereja dengan mengadakan gerakan yang dikenal dengan “Reformasi”.

Reformasi Protestan adalah gerakan reformasi umat Kristiani Eropa yang menjadikan Protestantisme sebuah cabang tersendiri dalam Agama Kristen pada masa itu. Gerakan ini bermula pada 1517 tatkala Martin Luther mempublikasikan Sembilan Puluh Lima Tesis, dan berakhir pada 1648 dengan Perjanjian Westphalia yang meredakan Perang agama di Eropa.
Reformasi Protestan lahir sebagai sebuah upaya untuk mereformasi Gereja Katolik, diprakarsai oleh umat Katolik Eropa Barat yang menentang hal-hal yang menurut anggapan mereka adalah doktrin-doktrin palsu dan malapraktik gerejawi — khususnya ajaran dan penjualan indulgensi, serta simoni, jual-beli jabatan rohaniwan — yang menurut para reformator merupakan bukti kerusakan sistemik hirarki Gereja, termasuk Sri Paus.

Para pendahulu Martin Luther mencakup John Wycliffe dan Jan Hus, yang juga mencoba mereformasi Gereja Katolik. Reformasi Protestan berawal pada 31 Oktober 1517, di Wittenberg, Saxonia, tatkala Martin Luther memakukan Sembilan Puluh Lima Tesis mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensi pada daun pintu Gereja Semua Orang Kudus (yang berfungsi sebagai papan-pengumuman universitas pada masa itu), tesis-tesis tersebut memperdebatkan dan mengkritisi Gereja dan Sri Paus, tetapi berkonsentrasi pada penjualan indulgensi-indulgensi dan kebijakan-kebijakan doktrinal mengenai Purgatorium, Pengadilan Partikular, Mariologi (devosi pada Maria, ibunda Yesus), perantaraan-doa dan devosi pada Orang-Orang Kudus, sebagian besar sakramen, keharusan selibat bagi rohaniwan, termasuk monastisisme, dan otoritas Sri Paus. Reformator-reformator lain, seperti Ulrich Zwingli, segera mengikuti teladan Martin Luther.

Akan tetapi selanjutnya para reformator berselisih faham dan memecah-belah pergerakan mereka menurut perbedaan-perbedaan doktrinal — pertama-tama antara Luther dan Zwingli, kemudian antara Luther dan John Calvin — akibatnya terbentuklah denominasi-denominasi Protestan yang berbeda-beda dan saling bersaing, seperti Lutheran, Reformed, Puritan, dan Presbiterian. Sebab, proses, dan akibat reformasi agama berbeda-beda di tempat-tempat lain; Anglikanisme muncul di Inggris dengan Reformasi Inggris, dan banyak denominasi Protestan yang muncul dari denominasi-denominasi Jerman. Para reformator turut mempercepat laju Kontra Reformasi dari Gereja Katolik. Reformasi Protestan disebut pula Reformasi Jerman atau Revolusi Protestan.

B.     Sejarah Agama Kristen Protestan di Indonesia
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar dari mereka merasa gelisah atas cita-cita politik partai Islam.

Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana Toraja dan Sulawesi Tengah. Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, seperti Adventist atau Bala Keselamatan, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.


Di Indonesia, terdapat dua provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua dan Sulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari jumlah penduduk.Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa yang berpusat di sekeliling Manado, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun 2006, lima persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.

Sumber: http://junekz.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-agama-kristen-protestan.html

SEJARAH PENGAKUAN IMAN RASULI

SEJARAH PENGAKUAN IMAN RASULI
(Credo Apostolicum)

PENGANTAR

Untuk memahami proses muncul dan berkembangnya kredo-kredo atau pengakuan-pengakuan iman gereja, yang berfokus pada Pengakuan Iman Rasuli. Sesuai dengan konteks munculnya dan penggunaannya dalam gereja sekarang ini, jemaat diajak untuk menyegarkan kembali kegunaan kredo atau pengakuan iman yang setiap Kebaktian Hari Minggu di GKI Sumut Medan selalu diikrarkan kembali.

URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

Pengakuan iman adalah ungkapan yang digunakan untuk menerjemahkan istilah Latin, credo (Inggris creed, di-Indonesia-kan dengan “kredo”), yang berarti “Aku percaya” Istilah kredo atau pengakuan iman ini digunakan untuk menunjuk pada pernyataan iman, pokok-pokok ringkas kepercayaan Kristen, yang diterima umum oleh semua gereja. Atas dasar itu, kredo (pengakuan iman) tidak digunakan untuk pernyataan iman yang berkaitan dengan suatu denominasi gereja. Pernyataan iman suatu denominasi gereja lazimnya disebut konfesi (confession). Jadi, kredo (pengakuan iman) mengacu pada keseluruhan gereja (oikumenis), yang berisi pernyataan-pernyataan kepercayaan yang diterima oleh semua gereja. Sebuah kredo (pengakuan iman) telah diterima sebagai suatu ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang formal dan universal.

Di kalangan gereja pada masa patristik (bapa-bapa gereja, 100-451) kata Yunani symbolum atau Latin symbola (: simbol, lambang, tanda pengenal) digunakan untuk menunjuk pada kredo (pengakuan iman) yang diterima gereja dan wajib dipegang oleh semua orang Kristen. Ada tiga kredo atau pengakuan iman dari gereja masa itu yang diterima secara universal di seluruh gereja, dan karena itu disebut ketiga simbol oikumenis. Ketiga simbol oikumenis itu adalah: Symbolum Apostolicum (Pengakuan Iman Rasuli) yang lahir di Gereja Barat (Eropa Barat kuno dan berbahasa Latin, Symbolum Niceano-Constantinopolitanum (Pengakuan Iman Nicea-Konstatinopel) yang lahir di Gereja Timur (Eropa Timur kuno dan berbahasa Yunani) tahun 381, dan Symbolum Athanasianum (Pengakuan Iman Athanasius) yang juga disebut menurut kata pertama dalam bahasa Latin Symbolum “Quicunque” (Pengakuan Iman “Barangsiapa”).

Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Necea-Konstantinopel mempunyai latar belakang pembaptisan. Di gereja mula-mula punya kebiasaan untuk membaptis mereka yang bertobat menjadi Kristen pada hari raya Paskah, menggunakan masa Sengsara (Prapaskah) sebagai masa persiapan dan pengajaran bagi pengakuan iman di depan umum dan komitmen para petobat itu. Persyaratan dasar bagi para petobat baru yang mau dibaptis ialah, bahwa mereka diharuskan menyatakan imannya di depan umum. Kredo atau pengakuan iman itu nampaknya muncul sebagai pernyataan iman yang seragam yang harus diucapkan oleh para petobat baru yang mau dibaptis. Baptisan itu sendiri awalnya dilayankan bagi orang-orang dewasa. Orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja dalam bentuk tanya-jawab. Tanya-jawab ini di kemudian hari berkembang menjadi apa yang kini kita sebut katekese atau katekisasi (Yunani, katekhein). Pengakuan-pengakuan iman ini konteks awalnya adalah pengajaran untuk persiapan baptisan bagi para calon baptis (katekumen). Konteks baptisan itu nampak dari strukturtrinitas pengakuan pengakuan iman itu. Baptisan dilayankan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan karena itu pengakuan iman disusun sesuai dengan ketiga unsur itu.

Rumusan-rumusan pengakuan iman mulai menjadi tetap pada abad ke-2. Menurut Bernhard Lohse, dalam bukunya Pengantar Sejarah Dogma Kristen, pengakuan-pengakuan iman paling tua yang ditetapkan dalam gereja adalah Pengakuan Iman Baptisan Romawi yang tua, yang umum disebut sebagai Romanum. Bentuk mula-mula dari pengakuan iman ini adalah sebagai berikut:

“Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya, diperanakkan,Tuhan kita,
Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, kebangkitan daging.”

Rumusan yang sangat sederhana itu aslinya terdiri dari penegasan-penegasan yang bersisi tiga. Menjelang akhir abad ke-2, definisi-definisi yang lebih tepat ditambahkan pada unsur-unsur yang kedua dan ketiga, sehingga terbaca sebagai berikut :

“Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya yang diperanakkan, Tuhan kita, yang oleh Roh Kudus, dari perawan Maria, yang disalibkan di bawah Pontius Pilatus dan dikuburkan;pada hari yang ketiga bangkit dari yang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Bapa; dari mana ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati;
Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging”
creed-apos-210x300Pengakuan-pengakuan iman seperti inilah yang digunakan pada kebanyakan jemaat-jemaaat Kristen di Barat. Mula-mula dalam bentuk tanya-jawab (responsoris), dan kemudian pada abad ke-3 dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Bentuk yang menjadi baku dalam Gereja Barat adalah apa yang kini kita kenal dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman ini disusun mulai abad ke-4 hingga abad ke-10. Bentuknya seperti yang kita kenal sekarang muncul dalam suatu tulisan di Perancis Selatan kira-kira tahun 750. Di Gereja Timur ada pelbagai pengakuan iman yang muncul, namun yang dikenal dan diterima umum adalah apa yang kita kenal dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel. Menurut para ahli, pengakuan iman ini sebenarnya berasal dari jemaat Yerusalem, yang kemudian ditambahkan dengan beberapa unsur yang menegaskan keilahian Kristus dan Roh Kudus, dan ditetapkan dalam Konsili Kontantinopel (kini Istambul di Turki) tahun 381. Pengakuan iman ini harus dibedakan dengan pengakuan iman Gereja Timur lainnya, yaitu Pengakuan Iman Nicea, yang sebenarnya berasal dari kota Kaesarea dan ditetapkan dalam Konsili Nicea (kini Iznik, juga di Turki) tahun 325.

Pengakuan Iman Rasuli merupakan bentuk pengakuan iman yang paling dikenal di Gereja Barat. Pengakuan iman ini terdiri dari tiga bagian utama, yang berhubungan dengan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ada juga bahan-bahan yang berhubungan dengan gereja, penghakiman dan kebangkitan. Sedangkan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel adalah pengakuan iman yang bentuknya lebih panjang, yang memasukkan bahan-bahan tambahan berhubungan dengan pribadi Kristus dan karya Roh Kudus. Dalam menjawab kontroversi tentang keilahian Kristus, Pengakuan Iman Necea-Kontantinopel memasukkan penegasan-penegasan kuat tentang kesatuan-Nya dengan Allah, termasuk ungkapan-ungkapan “Allah dari Allah” dan “sehakikat dengan Bapa.”

PENGAKUAN IMAN RASULI.

Pengakuan iman ini disebut “rasuli” karena isinya mengungkapkan pokok-pokok pengajaran para rasul sebagaimana yang diajarkan para rasul seperti tercermin dalam Alkitab (PB). Di kalangan gereja di Indonesia, Pengakuan Iman Rasuli juga dikenal dengan sebutan “Dua Belas Pasal Pengakuan Iman.” Disebut demikian karena memang pengakuan iman ini terdiri dari dua belas pasal atau artikel, namun sebenarnya tidak diketahui alasan persisnya. Sebutan Pengakuan Iman Rasuli pertama diperkenalkan oleh Rufinus (seorang penulis kuno yang mati sekitar tahun 410) dalam sebuah bukunya.

Perhatikan bagian-bagian besar dari Pengakuan Iman Rasuli
Bagian I berbunyi : Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
Bagian ini hendak menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang mahakuasa, Pencipta langit, bumi dan segala isinya, serta yang memelihara dan memerintahnya.
Bagian II berbunyi : Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut; pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya – berkarya menyelamatkan semua manusia dan juga kita; Dialah Tuhan kehidupan.
Bagian III berbunyi : Aku percaya kepada Roh Kudus; gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus; pengampunan dosa; kebangkinan daging; dan hidup yang kekal.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Roh Kudus-lah yang membuat karya penyelamatan Kristus efektif dalam hidup orang percaya, yang telah diampuni dan diberikan hidup kekal.

KEPUSTAKAAN :
1. Alister E. McGrath, Christisn Thology: An Introduction, second edition, Massachusetts: Blackwell Publisher Inc., reprinted 1997.
2. Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, terjemahan. A.A. Yewangoe, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.
3. Ch. De Jonge, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2000.
4. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.

5. Tony lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, terjemahan Corry Item-Corputty, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.

SEJARAH PROTESTAN MASUK DI INDONESIA

Adanya berita yang menyebutkan bahwa agama Kristen masuk ke Indonesia pada abad ke-16 adalah satu-satunya berita yang paling bisa diterima. Hal itu disebabkan agama Kristen diperkirakan masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan bangsa Eropa di Indonesia. Wilayah-wilayah tradisional Kristen di Indonesia terkonsentrasi di Tanah Batak, Nias, Mentawai, pedalaman Kalimantan, Minahasa, Sulawesi Tengah, Tana Toraja, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Maluku dan Papua. Dalam bahasa Indonesia, istilah "Kristen" diperuntukkan khusus untuk menyebut gereja reformis (Protestan) [butuh sumber yang lebih baik] Namun, sejarah kekristenan di Indonesia di sini juga mencakup sejarah Katolik di Indonesia.

Namun, kekristenan sudah ada di Indonesia dan menurut catatan ensiklopedia dicatat jelas keberadaannya pada abad ke-10 dan ke-11. Menurut sensus penduduk tahun 2010, sekitar 5,85% dari penduduk Indonesia adalah Protestan dan sekitar 3% beragama Katolik. Akan tetapi,diperkirakan agama tersebut masuk ke Indonesia pada abad ke-16. Ada berita yang menyebutkan bahwa agama Kristen masuk ke Indonesia pada abad ke-14. Agama Kristen tersebut dibawa oleh anggota ordo Fransiskan dari Eropa. Dalam perjalanannya ke Cina, mereka singgah di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Namun, berita tersebut diragukan kebenarannya karena tidak ada bukti fisik atau peninggalan yang bisa mendukungnya.

Sejarah Kristen di Indonesia.

Dilihat dari sejarah, agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM). Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah).

Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).

Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1511 di tanah Aceh, yaitu dari Ordo Karmel, dan 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.
Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Salah satu tujuan imperialisme kuno adalah God, menggunakan daerah jajahan untuk tempat penyebaran agama Nasrani/Kristen. Oleh karena itu, kedatangan orang-orang Eropa di Indonesia berkaitan dengan penyebaran agama Kristen. Semula agama Kristen-Katolik disebarkan bersamaan dengan kedatangan bangsa Portugis di Maluku. Karya misionaris Katolik dimulai pada abad ke-16. Bermula di Ambon, kemudian Ternate dan Halmahera, serta Flores dan Timor. Kini kedua pulau terakhir ini menjadi jantung agama Katolik di Indonesia.

Pada 1960-an akibat anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak pengikut Komunis dan orang Tionghoa mengklaim diri sebagai orang Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa yang akhirnya menerima agama Kristen dan sekarang mayoritas kalangan muda bangsa Tionghoa adalah umat Kristen. Kristen di Indonesia lebih bebas untuk menjalankan agama mereka dibandingkan dengan beberapa negara seperti Malaysia, dan beberapa negara Arab. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah di provinsi Maluku. Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris tetap bebas untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah Kristen yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri dari berbagai denominasi, yaitu Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pantekosta di Indonesia, Gereja Tiberias Indonesia/Gereja Bethel Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh , Gereja Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja Tabernakel Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, Gereja Kristen Rejang dan denominasi lainnya.

Penyebaran Agama kristen di Indonesia.

Salah satu tujuan penjelajahan samudra oleh orang-orang Eropa adalah menyebarkan agama Kristen (Gospel). Oleh karena itu, pada setiap kapal yang berlayar turut serta pula para pendeta agama Kristen. Pada awal abad ke-16, para pelaut Eropa berhasil menemukan daerah-daerah baru. Sejak saat itulah, agama Kristen menyebar ke seluruh penjuru dunia. Penyebaran agama Kristen ke seluruh penjuru dunia dilakukan oleh para misionaris Spanyol dan Portugis. Hal itu disebabkan kedua bangsa inilah yang mempunyai hak berdagang di dunia sampai menjelang akhir abad ke-16, juga karena perintah Paus  Fransiscus di Roma. Misionaris Portugis yang terkenal adalah Fransiscus Xaverius adalah tokoh Xaverius dan Matteo Ricci. Mereka menyebarkan agama Katolik di misionaris yang berjasa India, Maluku, Cina, dan Jepang. Misionaris Spanyol menyebarkan mengenalkan agama  Katolik ke Filipina.

Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris yang banyak dikenal penduduk Indonesia. Berkat usahanya, agama Katolik berkembang di Indonesia terutama Indonesia Timur. Pada awalnya, para misionaris Katolik dari Portugis memusatkan kegiatannya di Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir. Selanjutnya, para misionaris itu berusaha menyebarkan agama Katolik ke bagian barat Indonesia, seperti Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Namun, misi itu tidak memperoleh hasil yang diharapkan.

Usaha-usaha yang ditempuh Portugis dalam menyebarkan agama Kristen bukannya tanpa halangan. Rakyat dan penguasa pribumi yang umumnya beragama Islam menentang aktivitas penyebaran agama Katolik oleh bangsa Portugis. Di samping itu, kedatangan Belanda di Maluku juga menjadi penghalang sehingga sejak saat itu penyebaran agama Katolik hanya terbatas di daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Kepulauan Sangihe Talaud. Ketika Portugis terusir dari Maluku dan menetap di Timor Timur, daerah-daerah yang mendapat pengaruh agama Katolik masih termatas. Daerah-daerah di Timor Timur yang mendapat pengaruh agama Katolik, seperti Flores bagian timur, Pulau Solor, dan pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.

Zending Belanda di Indonesia.

Pada abad ke-17, peranan agama Katolik di Belanda sebagai agama resmi digantikan oleh agama Protestan. Pemerintah Belanda melarang aktivitas agama Katolik secara terbuka. Kebijakan peme-rintah Belanda ini juga berdampak di tanah jajahannya, seperti Indonesia. Pelaksanaan ibadah umat Katolik pun mulai dibatasi. Belanda mulai mengirim para zending-nya untuk menyebarkan agama Prote stan.

Sejak abad ke-17, peranan Portugis dalam perdagangan di Asia makin merosot. Akibatnya, penyebaran agama Katolik makin mundur dan digantikan oleh Belanda (VOC). Pada zaman VOC, para zending Belanda menyebarkan agama Protestan di Indonesia.

Untuk mendukung penyebaran agama Protestan di Indonesia, VOC menyatakan bahwa pemilik negara adalah pemilik agama. Oleh karena itu, VOC banyak memaksa penduduk untuk memeluk agama Protestan. Selain itu, VOC juga mendatangkan para zending dari Belanda ke Indonesia untuk menyebarkan agama Protestan, membangun sekolah-sekolah keagamaan, dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa masyarakat setempat.

Para tokoh zending yang berjasa menyebarkan agama Protestan di Indonesia, antara lain Ludwig Ingwer Nommensen, Sebastian Qanckaarts, Andrian Huiseas,ane..ereamenyebarkan agama Protestan di Maluku, Sangir Talaud, Timor, Tapanuli, dan sebagian Jawa serta Sumatera.

Para tokoh zending itulah yang berjasa terhadap berkembangnya beberapa organisasi gereja di Indonesia, seperti Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi pekabar Injil Belanda yang berusaha menyebarkan agama Protestan;
membentuk organisasi gereja di Indonesia, misalnya Gereja Protestan Maluku (GPM), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).

Perkembangan agama Katolik dan Protestan mempunyai hak yang sama sejak Indonesia dipegang oleh Gubernur Jenderal Daendels. Sejak itu, para misionaris dan zending berlomba-lomba menyebarkan agamanya ke daerah-daerah yang belum dijangkau Islam. Daerah di Indonesia yang mendapat pengaruh Kristen, antara lain sebagai berikut: 
  • Sulawesi Utara : Manado, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondana, Minahasa, Tomohon, Luwu, Mamesa, dan Poso; :
  • Nusa Tenggara Timur Timor, Pulau Ende, Larantuka, dan Lewanama; 
  • Pulau Jawa : Blambangan, Panarukan, Batavia, Semarang, dan Yogyakarta (Katolik) serta di Mojowarno dan Ngoro, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, dan Banyumas (Protestan), sedangkan di Jawa Barat berkembang di Bogor, Sukabumi, dan Bandung; :
  • Sumatera Utara :Angkola, Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Karo, Kabanjahe, Sirombu, dan Kepulauan Nias
  • Kalimantan Selatan :Barito dan Kuala Kapuas
  • Kalimantan Barat :Pontianak;
  • Kalimantan Tengah: menyentuh masyarakat Dayak; Papua dan Maluku
  • Melalui Sekolah - Sekolah Jaman Belanda.


Secara resmi kegiatan agama Katolik pada zaman VOC, dimulai pada pertengahan abad ke-19. Disaat penguasa Belanda memaklumkan otonomi gereja Katolik untuk melakukan karya misionaris. Salah satu misionaris di Indonesia adalah Fransiscus Xaverius. Untuk selanjutnya penyebaran agama Katolik disebarkan oleh sebuah organisasi (badan) yang disebut Missi. Missi mengadakan penyebaran agama Katolik di pedalaman Kalimantan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku Tengah, Maluku Selatan, dan Irian Jaya.

Pada abad ke-17, dengan kehadiran VOC, Kristen Protestan mulai berperan penting di Indonesia. Meski tujuan utamanya berdagang. VOC berkewajiban meningkatkan meningkatkan iman Protestan bagi orang-orang di bawah kendali wilayah kekuasaanya. Orang-orang yang dahulu memeluk Katolik, beralih ke Protestan, terutama di Maluku, Manado, dan Batavia. Kantung-kantung baru masyarakat Kristen didirikan, terutama Indonesia Timur. Flores dan sebagian Timor tetap memeluk agama Katolik. Sebab pengaruh Portugis tetap berlanjut. Ketika VOC dibubarkan pada tahun 1799, masih terdapat sekitar 50.000 pemeluk protestan di bekas wilayah kekuasaannya.

Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal H.W Daendels di Indonesia (1808–1811), kebebasan beragama dijamin. Sejak itu berakhirlah dominasi Kalvinisme di Indonesia. Kemudian pemerintahan Inggris dengan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles yang mengizinkan berbagai organisasi misi masuk ke Indonesia. Kebijakan tersebut dilanjutkan ketika Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda tahun 1815. Dua tahun kemudian (1817), seluruh gereja Protestan di Indonesia dinyatakan menjadi gereja pemerintah. Penyebaran agama Kristen Protestan di Indonesia dilakukan sejak zaman VOC. Kemudian dilakukan oleh suatu organisasi (badan) yang disebut Zending (Pekabaran Injil). Semula Zending diurus oleh pemerintah Belanda. Namun mulai tahun 1935, Zending berdiri sendiri.

Wilayah Persebaran Agama Kristen di Indonesia pada Masa Kolonial.

Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris Katholik terdesak oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di Flores dan Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Kristen Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris menyebarkan kembali agama Katholik terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau agama-agama lain.

Penyebaran agama Kristen Protestan di Maluku menjadi giat setelah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6 September 1935. Organisasi GPM menampung penganut Kristen Protestan di seluruh Maluku dan Papua bagian selatan.

Penyebaran agama Kristen menjangkau Sulawesi Utara di Manado, Tomohon, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa, Luwu, Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor, Pulau Ende, Larantuka, Lewonama, dan Flores.

Adapun persebaran agama Katholik di Jawa semula hanya berlangsung di Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Namun, kemudian menyebar ke wilayah barat, seperti Batavia, Semarang, dan Jogjakarta.

Agama Kristen Protestan di Jawa Timur berkembang di Mojowarno, Ngoro dekat Jombang. Di Jawa Tengah meliputi Magelang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga, Purworejo, Purbalingga, dan Banyumas.

Di Jawa Barat pusat penyebaran agama Kristen terdapat di Bogor, Sukabumi, dan Lembang (Bandung).

Di Sumatra Utara masyarakat Batak yang menganut agama Kristen berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Buluh Hawar di Karo, Kabanjahe, Sirombu, dan kepulauan Nias. Kegiatan agama Kristen pada masyarakat Batak dipusatkan pada organisasi HKBP.


Adapun di Kalimantan Selatan agama Kristen berkembang di Barito dan Kuala Kapuas. Di Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di Pontianak. Di Kalimantan Timur banyak terdapat di Samarinda, Kalimantan Tengah di pemukiman masyarakat Dayak desa Perak dan Kapuas Kahayan. Upaya penyebaran dilakukan di daerah-daerah yang belum tersentuh agama lainnya. Juga dilakukan dengan mengadakan tindakan-tindakan kemanusiaan seperti mendirikan rumah sakit dan sekolah. Akhirnya berkat kerja keras kaum misionaris dan zending, agama Kristen dapat berkembang di Indonesia sampai sekarang.

Sumber: http://www.berbagaireviews.com/2016/12/sejarah-masuknya-kristen-dan-penyebaran.html

CIRI - CIRI AJARAN YANG MENGARAH KE BIDAT

Ciri-ciri bidat atau ajaran yang mengarah kepada bidat


Setelah membahas hal tersebut di atas, maka kita perlu menyimpulkan beberapa hal penting dan praktis tentang ciri-ciri bidat, atau ajaran yang mengarah kepada bidat. Dengan demikian diharapkan bahwa kita dapat mencegah diri dari bidat, atau kemungkinan menjadi bidat.
  • Memiliki Injil atau 'kabar baik' yang berbedaDalam Galatia 1: 8-9 ditulis mereka mengikuti Injil lain (heteron euanggelion) yang sebenarnya bukan Injil (ouk allo). Jadi menarik sekali memperhatikan ayat tersebut di atas, di mana rasul Paulus tetap menggunakan istilah kabar baik (Injil lain) terhadap pengajaran sesat tersebut. Dengan demikian kita melihat bahwa ajaran sesat pun tetap memiliki sesuatu 'kabar baik'. Sebenarnya hal itulah yang membuat jemaat tetap tertarik, bahkan karena 'kabar baik' itu begitu diiklankan serta dipromosikan, maka jemaat biasa atau awam pun datang berbondong-bondong. Tidak heran, Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa penyesat itu akan datang seperti serigala berbulu domba. Kelihatannya tulus, lugu serta tidak menakutkan; tetapi begitu kita menyerahkan diri, kita habis ditelannya.
  • Injil plus; artinya, memiliki Kitab Suci yang sama, tetapi ditambah dengan kitab kitab lain yang memiliki kuasa atau otoritas yang sama dengan Alkitab. Bandingkan dengan kitab Mormon dengan ajaran Joseph Smith, demikian juga dengan aliran saksi Jehova dengan Watch Towernya. Pengajar-pengajar saksi Jehovah tersebut memang membawa Alkitab juga ke rumah-rumah yang didatanginya. Namun, kemudian, mereka akan mempengaruhi jemaat dengan segala tipuan licik mereka yang mereka tuliskan pada majalah tersebut di atas.
  • Injil minus, artinya ,memiliki Kitab Suci yang sama tetapi sebagian dari Alkitab tersebut dikeluarkan karena tidak sesuai dengan ajaran yang mereka anut. Bandingkan Marcionisme yang mengeluarkan kitab2 yang berbau Yahudi seperti Injil Matius. Saat ini cukup banyak mahasiswa dan persekutuan jemaat yang dibingungkan oleh ajaran PSTMRG yang menyerang adat istiadat serta menganggapnya berhala. Ketika saya berdialog dengan orang ini, saya menantangnya dengan menunjukkan sikap Paulus. Tetapi dengan tegas dia mengatakan: "Saya tidak menerima Paulus, saya adalah pengikut Tuhan Yesus". Kemudian dia menjelaskan tulisan-tulisan rasul Paulus yang menurut dia menyesatkan. Ada lagi issu belakangan ini yang dimunculkan, yaitu masalah nama Yesus yang tidak boleh disebut Allah, karena menurut dia Allah berasal dari ilah. Karena itu, kelompok ini mengusulkan menyebut Allah sebagai Jehova saja.
  • Penekanan pada formalitas ibadah, seperti menciptakan aturan2 baru yang bersifat kaku, membuat larangan2 baru, di mana ini dianggap sebagai Injil (Bandingkan Kol.2: 16, 21-23). Saya teringat adanya kelompok yang mewajibakan jemaat mereka memakai kerudung, tidak boleh pakai cincin. Ada juga jemaat yang memberi nama-nama baru kepada anggotanya, ada lagi yang memberi pangkat-pangkat baru yang sebenarnya tidak ada dalam Alkitab. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan oleh rasul Paulus bahwa mereka ini mengejar bayangan Kristus, tetapi bukan Kristusnya. Paulus menulis: "Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi" (Kol.2: 23) Mengapa? Karena mereka ini sesungguhnya tidak berpegang teguh kepada Kepala, yaitu Kristus" (ayat 19). Jadi, penekanan dan kecenderungan kelompok ini adalah pada kulit, bukan kepada isi. Sedangkan ajaran yang benar akan memusatkan diri kepada Kristus dan ajaranNya (Kol.2: 17,19).. Jika hal ini terjadi, maka marilah kita lihat tahapan kejatuhan mereka sebagaimana dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma: "Sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.
  • Kecenderungan kepada ibadah yang bersifat supranatural. Rasul Paulus menulis ciri mereka ini: beribadah kepada malaikat, berkanjang kepada penglihatan2, dll. Bandingkan dengan Mat.24: 24 Di sini Tuhan Yesus menjelaskan kesesatan yang disertai dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat. Rasul Paulus menulis dalam 2Tes.2: 2 adanya ilham roh (lihat juga ayat 9). Mungkin sebagian dari kita mengetahui dan mengingat apa yang dituliskan oleh sebuah koran beberapa tahun lalu, yaitu adanya kelompok di salah satu wilayah Jakarta Selatan. Mereka ini katanya beribadah kepada malaikat dan dalam ibadah penyembahan, mereka memadamkan semua lampu. Dalam ibadah ini akan diberikan nubuatan nubuatan baru, serta penglihatan-penglihatan baru. Mereka ini tetap tinggal di sebuah rumah, mengisolasi diri dari masyarakat sambil menanti kedatangan Kristus. Tetapi apa yang terjadi? Bukan Kristus yang datang, yang datang adalah polisi dan membubarkan kelompok tersebut!
  • Pelayanan yang membesarkan diri sendiri (Kol.2: 18b). Kita ha rus sungguh-sungguh mewaspadai type pengkhotah yang cenderung berfokus pada diri sendiri: banyak menceritakan diri sendiri seperti adanya penglihatan, pengangkatan ke sorga. Kita juga harus mewaspadai gaya berkhotbah yang banyak menggunakan kalimat "Tetapi saya berkata kepada saudara…tetapi saya berkata kepada saudara… tetapi saya berkata kepada saudara". Pengkhotbah seperti ini sadar atau tidak telah menciptakan kultus individu, telah membuat otoritas khotbah berada pada "sang aku", bukan pada Allah dan firmanNya. Padahal, nabi-nabi dalam PL sekalipun -yang sebenarnya sedemikian dipimpin Roh dan sedemikian berkuasa dalam khotbah mereka- tidak menggunakan gaya seotoritatif itu. Sebagai contoh; kita membaca dalam kitab Yeremia, "Beginilah firman Tuhan…" (Yer. 17: 5). Sebenarnya, bila kita memperhatikan khotbah Penginjil Billy Graham yang sangat terkenal itu, kita akan menemukan model yang sama mengikuti nabi Yeremia tersebut. Kita dapat mendengar khotbahnya, atau membaca tulisannya dengan kalimat "The Bible says… the Bible says…the Bible says". Sebenarnya, khotbah yang berpusat kepada Tuhan dan FirmanNya tersebut di atas bukan hanya pola PL, tetapi juga pola PB. Itulah sebabnya pengkultusan individu tersebut di atas sangat kontras dengan pernyataan Yohanes, "Dia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil" (Yoh 3: 30,). Demikian juga Tuhan Yesus menegaskan bahwa "Roh Kudus pun tidak berkata-kata tentang diriNya sendiri… Ia akan memuliakan Aku" (Yoh.16: 13c-14a).
  • Pengagungan akan kesaksian pertobatan yang spektakuler, sehingga kesaksian atau pengalaman pribadi dijadikan sebagai dasar sebuah kebenaran yang pada akhirnya ada kebenaran lain selain Injil. 
Sumber: http://www.sarapanpagi.org/bidat-ajaran-sesat-vt331.html

JENIS AJARAN SESAT DALAM KEKRISTENAN

Jenis Ajaran Sesat Dalam Kekristenan

Jenis ajaran sesat dalam kekristenan ~ Lahirnya “ajaran sesat” atau yang sering disebut “bidat” heresy dalam sejarah gereja dapat dikatakan sezaman atau seiring dengan perkembangan gereja itu sendiri. Kata “bidat” sendiri berasal dari kata Arab “bidaah” yang berarti suatu ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran benar. Menurut J. Verkuyl dalam buku Gereja dan Bidat, yang dimaksud dengan bidat adalah “suatu ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran resmi”. Hal senada juga dijumpai dalamKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyebutkan bahwa bidat adalah “ajaran yang menyalahi ajaran yang benar”. Ini mau memperlihatkan bahwa ajaran sesat bertumbuh dalam lingkungan gereja yang membentuk komunitas tersendiri dengan mengembangkan doktrin/ajaran baru yang bertentangan dengan Alkitab.

Jika kita melihat  ke dalam sejarah gereja maka ajaran sesat itu hadir dan selalu berusaha untuk mempengaruhi kehidupan bergereja sejak abad permulaan. Dan faktanya, sekarang pun beberapa aliran dan ajaran yang oleh gereja ditempatkan sebagai “bidat” nyatanya tetap eksis karena mereka tidak lagi tampil secara sembunyi-sembunyi melainkan dengan wajah yang sama sekali baru.  Inilah yang menyebabkan kita dapat mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi kehadiran dan keberadaan mereka. Sebab di satu pihak mereka tetap menggunakan Alkitab sebagai dasar pengembangan ajaran/doktrin mereka selain tambahan aturan yang dimilikinya. Lebih lagi, oleh karena banyak di antara mereka tadinya berasal dari komunitas gereja maka mereka bertumbuh dalam komunitas yang sangat dekat dengan gereja. Kondisi semacam itulah yang sering kali membuat warga gereja bingung untuk mengidentifikasi ajaran/doktrin gereja yang benar atau tidak. 

Parahnya lagi, hampir umum gereja cenderung bersikap sangat toleran dengan berbagai komunitas itu. Pertanyaannya adalah bagaimanakah kita dapat melihat dan memahami sebuah ajaran tertentu yang dikatakan sesat/ bidat?  Apa tindakan antisipatif kita dalam menyikapi “ajaran sesat  atau bidat”. Dalam realitas bergereja beberapa ciri – ciri “bidat” atau “ajaran sesat dalam kekristenan” yang sudah jelas ada di antara kita antara lain:

Saksi Yehovah (SY), Lahirnya Saksi Yehovah (SY)  tidak dapat dipisahkan dari pendirinya Charles Tase Russel (1852-1916) yang menyebarkan doktrinnya pada tahun 1872.  Setelah Russel meninggal (1916) ia digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942 digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick W. Franz (1992) dan  Milton G. Henzel.
SY sangat menitikberatkan pekerjaan literatur. Misalnya majalah “Menara Pengawal” dan “Sadarlah” yang disebarkan secara luas dan kalaupun dijual hanya dengan harga relatif murah dan mempunyai daya tarik. Dalam doktrinnya Saksi Yehovah tidak percaya Allah Tritunggal dan juga tidak percaya kemaha-hadiran Allah.  Selain itu, SY tidak mengakui Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai Allah. SY memiliki keyakinan bahwa keselamatan yang terdapat di dalam Yesus Kristus tidak memberi hidup yang kekal. Lebih lagi SY menganggap bahwa kematian Yesus Kristus di Kayu Salib tidak dapat menebus dosa umat manusia, tetapi hanya menebus dosa Adam saja.
Tentang hari kiamat, mereka mengira bahwa kedatangan Yesus yang ke-2 kalinya dapat diketahui dengan cara menghitung. Sebab itu mereka meramal bahwa dunia akan kiamat pada tahun 1874, tetapi hal itu tidak terjadi. Kemudian mereka meralatnya menjadi tahun 1914, 1918, 1920, 1925, 1972 dan terakhir 1999, dan seterusnya.

Mormon. Pendirinya adalah Joseph Smith Lahir 23 Desember 1805 di Sharon Propinsi Windor Amerika Serikat. Ia keturunan petani yang miskin dan anggota gereja Presbiterian. Pada masa remaja ia sering ikut dalam penggalian harta karun terpendam dan melakukan praktek okultisme dengan maksud melawan roh-roh jahat.
Gerakan ini menyebut diri sebagai “Gereja Orang-orang Kudus pada Akhir Zaman” (Church of Latter Day Saints) yang didirikan pada tahun 1830 oleh dari Amerika. Menurut mereka Allah itu adalah superman, mempunyai badan, dapat dilihat dan diraba tetapi mempunyai kekuatan luar biasa. Allah itu adalah Adam yang sudah dipermuliakan. Yesus adalah Lucifer yang dilahirkan karena hubungan antara Allah (Adam yang sudah dipermuliakan) dengan Maria. Yesus di Kana menikah dengan Marta dan Mariam sehingga dapat melihat keturunannya sebelum disalibkan (Yes. 53:10).

Joseph Smith adalah keturunan dari Tuhan Yesus. Roh Kudus itu semacam benda yang kekal keberadaannya yang disalurkan dari atas dan menyebar ke berbagai tempat. Roh Kudus dapat dikaruniakan kepada seseorang melalui upacara-upacara yang dipimpin oleh pendeta Mormon. Roh Kudus tidak dapat hadir lebih dari satu tempat.

Tentang keselamatan, kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, tetapi hanya Adam saja. Keselamatan hanya diperoleh melalui ketaatan pada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik. Baptisan yang dilaksanakan pendeta Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain baptisan merupakan syarat mutlak  untuk mendapat keselamatan.  Orang yang sudah meninggal bisa diselamatkan yaitu dengan cara anak famili mereka yang masih hidup, dapat menggantikan mereka untuk dibaptis.

Mormon mengajarkan praktek poligami dan berpendapat bahwa hubungan suami istri tidak terbatas hanya di dunia ini, tetapi juga sampai di akhirat. Mormon memiliki 3 buku yang mempunyai otoritas: Kitab Mormon (The Book Mormon), Doktrin dan Perjanjian (Doctrin and Covenants) dan Mutiara yang bernilai (Pearl of Great Price).

Christian Science. Pendirinya seorang wanita yang bernama Mary Baker Eddy. Mereka membedakan antara Yesus dengan Kristus. Kristus bersifat kekal sedangkan Yesus hanya khayalan saja. Mereka menyangkal kemanusiaan Yesus Kristus dan juga menyangkal keilahian Yesus Kristus dengan menyatakan Yesus bukan Allah.
Roh Kudus atau Roh Penghibur diyakini sebagai Christian Science.
Pengorbanan Yesus tidak ada gunanya, tidak dapat menebus dosa.
Sorga bukan menunjukkan satu tempat, tetapi suatu keadaan yang berada dalam bumi. Neraka hanya merupakan konsep pemikiran manusia yang biasa yang akan menambah kerisauan dan kesusahan hati manusia.

Children Of God. Pendirinya adalah David Brant Berg tahun 1969. Aliran ini menekankan pada gaya hidup komunitas dan pada tahun 1978, aliran ini menyebut dirinya “Family of Love”. Senjata yang paling ampuh untuk mengembangkan dan menarik orang menjadi anggota adalah dengan relasi seksual. Aliran ini tidak menerima ajaran Tritunggal, karena menurut mereka istilah ini tidak terdapat dalam Alkitab.
Mereka menganggap Allah yang dipercayai adalah Allah yang seksi (Sexy God).
Mereka menyamakan kebenaran keselamatan di atas kayu salib dengan hubungan seks. Menurut mereka keselamatan adalah kebenaran dari kutuk pakaian dan rasa malu bertelanjang. Dengan melampiaskan nafsu seks untuk mencapai penyerahan roh yang total kepada Allah.

Gerakan Zaman Baru (New Age Movement). Gerakan zaman baru adalah kebngkitan kembali secara modern agama-agama dan tradisi kuno terutama yang berasal dari timur (oriental), dan mempengaruhi kebudayaan umum dalam bentuk kebatianan timur, filsafat timur, filsafat modern, psikologi, sains, termasuk fiksi sains (sains fiction), dan kontrakuler sekitar tahun 1980-an.
  • Frans Anton Mezmer (1734-1815) mengajarkan New Mental Healing Movement dan disebut sebagai Bapak hipnotisme
  • Helena Petrovna Blavatsky (1831-1815) mempelopori gerakan theosofi  dan disebut nenek Gerakan Zaman Baru karena mempopulerkan guru kebatinan dunia
  • Marylin Ferguson (1960) Mempopulerkan lagu berlirik mistis berjudul ‘Age of Aquarius’.  Aguarius sebagai pembawa air dalam zodiak yang memenuhi kehausan semesta
  • Pramahansa Yogananda mempopulerkan ajaran Yoga di Amerika Serikat dengan nama Self Relazition Fellowship.
  • Shirley Maclaine (1980) menerbitkan buku ‘Out on a Limb’ dan ‘Dancing in the Light’ yaitu masuk dalam pengalaman Yoga, matra Hindu, Reinkarnasi dan menyebut  tiap-tiap manusia adalah Tuhan. Gerakan ini tidak memakai kemasan agama dan tidak terorganisir oleh suatu organisasi atau lembaga, tetapi gerakan ini adalah gerakan spontan yang merayap di seluruh belahan dunia ini dengan berbagai kemasan.

Pandangan yang Keliru Terhadap Otoritas Alkitab

Dalam pengembangan ajarannya, umumnya bidat kristen tetap berpatokan pada Alkitab, namun ada usaha yang dengan sengaja mengabaikan beberapa kebenaran yang mereka anggap tidak sesuai dengan ajaran atau dapat dikatakan “Injil minus”. Selanjutnya mereka juga dapat menambahkan sesuatu tambahan atau kitab lain terhadap Alkitab atau dapat dikatakan sebagai “Injil plus”. Di sinilah ditampilkan adanya “Injil atau ‘kabar baik’ yang berbeda”.

Terkait dengan itu, Paulus juga mengingatkan jemaat Galatia agar jangan mengikuti Injil lain (heteron euanggelion) yang sebenarnya bukan Injil ouk allo(Galatia 1: 8-9). Jadi menarik sekali memperhatikan ayat tersebut di atas, di mana rasul Paulus tetap menggunakan istilah kabar baik (Injil lain) terhadap pengajaran sesat tersebut. Dengan demikian kita melihat bahwa ajaran sesat pun tetap memiliki sesuatu ‘kabar baik’. Sebenarnya hal itulah yang membuat jemaat tetap tertarik, bahkan karena ‘kabar baik’ itu begitu diiklankan serta dipromosikan, maka jemaat biasa atau awam pun datang berbondong-bondong.

Marcion. Marcion merupakan contoh yang baik dalam pengenalan bidat di sekitar kanon Alkitab. Marcion memiliki standar sendiri terhadap kanon dengan mengurangi kitab-kitab kanonik. Dengan tegas ia  menolak seluruh kitab yang berbau Yahudi, seperti Injil Matius. Sebenarnya kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepanjang sejarah Gereja, baik di abad permulaan hingga saat ini, kita terus melihat adanya kelompok yang menolak otoritas Alkitab, termasuk di sini adalah Neo Protestanisme serta liberalisme yang menolak pengilhaman dan Otoritas Alkitab.

Saksi Yehowa (SY). Pada umumnya SY juga menggunakan Alkitab sebagai salah satu sumber pengajaran/doktrinalnya. Namun dalam usaha penyebaran ajarannya SY sangat menitikberatkan pekerjaan literatur. Buku, majalah “Menara Pengawal (Watch Tower)” dan “Sadarlah” dijual dengan harga relatif murah dan mempunyai daya tarik. Meskipun pengajar-pengajar saksi SY membawa dan menggunakan Alkitab juga ke rumah-rumah yang didatanginya sebagai tugas yang wajib dilakukan penganutnya, namun pada kenyataannya mereka akan mempengaruhi jemaat dengan segala tipuan licik mereka yang mereka tuliskan pada majalah tersebut di atas.

Mormon. Mormon pada dasarnya juga mengembangkan pengajarannya dari Alkitab. Namun di luar Alkitab, kelompok ini memiliki 3 buku lain yang mempunyai otoritas: Kitab Mormon (The Book Mormon), Doktrin dan Perjanjian (Doctrin and Covenants) dan Mutiara yang Bernilai (Pearl of Great Price).

Pengajaran Terhadap Trinitas yang Tidak Berimbang

Sebagaimana kita pahami bahwa “bidat atau ajaran sesat” adalah pengajaran yang menyimpang dari doktrin atau ajaran yang sesungguhnya. Umumnya “bidat atau ajaran sesat” memiliki pemahaman tersendiri terhadap Allah, Yesus, Roh Kudus, keselamatan dll. Pada zaman gereja perdana, rasul Petrus menegaskan supaya jemaat berhati-hati terhadap kehadiran guru-guru palsu, “Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri” (2Pet.2: 1).

Kristologi.  Salah satu topik kajian yang sangat menarik bagi berkembangnya bidat di masa awal gereja adalah pemahaman terhadap Kristologi yang tidak terlalu mudah. Hal itu tampak dalam munculnya ajaran Gnostik Yahudi (Kol.2: 8-23) dan Dosetisme (1Yoh.4: 2,3 dan 2 Yoh.7) adalah contoh bidat yang sangat mengemuka.

Ajaran Gnostik. Ajaran Gnostik sulit dirumuskan secara tepat, sebab mereka memiliki variasi dan keragaman pengajaran mereka. Misalnya, mereka menolak otoritas Alkitab Perjanjian Lama (PL), tidak mengakui bahwa keselamatan melalui Kristus, apalagi disalib. Bagi kelompok ini, keselamatan adalah melalui kemampuan untuk mencapai satu tingkat pengetahuan tertentu yang disebut the secret gnosis.


Ajaran Dosetisme. Ajaran Dosestisme memiliki pengajaran yang menolak kesejatian tubuh Kristus. Dengan konsep seperti itu, maka kelompok ini, meyakini bahwa tubuh Kristus hanya bersifat maya. Kata “dokew” (Yunani berarti kelihatannya “it seems”),  jadi kelompok ini hanya menerima tubuh Kristus seperti tubuh manusia, padahal sebenarnya tidak demikian. Pemahaman ini didukung oleh adanya anggapan  bahwa semua yang bersifat materi (termasuk tubuh) adalah hina serta penyebab dosa. Tubuh dianggap penjara jiwa. Karena itu, manusia harus melepaskan diri dari tubuh jasmaninya.

Ajaran Apollinarisme.  Aliran Apollinarisme mengajarkan bahwa Kristus tidak memiliki roh manusia, tetapi Logos menggantikannya.

Ajaran Eutychianisme. Initi ajaran ini bertitik tolak pada pemahaman bahwa Yesus tidak memiliki tubuh manusia, karena kemanusiaan Yesus hilang ditelan Logos.

Ajaran Monothelistime. Inti pengajaran kelompok ini terletak pada pemahaman bahwa Kristus tidak memiliki kemauan insani, tetapi hanya kemauan Allah.

Ajaran Saksi Yehovah (SY). Aliran ini tidak percaya  keselamatan yang terdapat di dalam Yesus Kristus  memberi hidup yang kekal. Kematian Yesus Kristus di kayu salib tidak dapat menebus dosa umat manusia, tetapi hanya menebus dosa  Adam saja.

Ajaran Mormon. Ajaran Mormon tentang  keselamatan bukan pada karya dan kematian Yesus. Mereka menganggap bahwa Yesus  tidak dapat menyelamatkan orang lain, tetapi hanya Adam saja. Dengan demikian keselamatan hanya diperoleh melalui ketaatan pada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik.


Ajaran Children of God.  Aliran ini menyamakan kebenaran keselamatan di atas kayu salib dengan hubungan seks. Bagi  mereka keselamatan adalah kebenaran dari kutuk pakaian dan rasa malu bertelanjang. Dengan melampiaskan nafsu seks untuk mencapai penyerahan roh yang total kepada Allah. Mereka membedakan antara Yesus dengan Kristus. Kristus bersifat kekal sedangkan Yesus hanya khayalan saja. Mereka menyangkal kemanusiaan Yesus Kristus dan juga menyangkal keilahian Yesus Kristus dengan menyatakan Yesus bukan Allah.

Christian Science. Bagi penganut ajaran ini pengorbanan Yesus tidak ada gunanya, tidak dapat menebus dosa. Sorga bukan menunjukkan satu tempat, tetapi suatu keadaan yang berada dalam bumi. Neraka hanya merupakan konsep pemikiran manusia yang biasa yang akan menambah kerisauan dan kesusahan hati manusia. Yesus bukanlah Allah yang secara unik menjelma menjadi manusia, melainkan manusia biasa yang mengalami ‘pencerahan’, Yesus hanyalah penunjuk jalan bagi manusia bukan juruselamat sebab manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Tritunggal

Sabellianisme dan Modalisme.  Aliran ini merupakan salah satu salah satu bidat yang cukup banyak mempengaruhi ajaran Tritunggal. Kelompok ini menerima ajaran Tritunggal tetapi tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab sebab yang dimaksud dengan ajaran Tritunggal adalah Allah yang menyatakan diri dalam tiga cara, yaitu Allah Bapa yang berubah menjadi Allah Anak, serta Allah Anak yang berubah menjadi Allah Roh.  Ajaran ini menyangkali adanya tiga oknum yang berbeda dalam Allah Tritunggal, yang dapat dibedakan sekalipun tidak dapat dipisahkan. Aliran lain yang juga termasuk di sini adalah Monarchianisme atau adoptianisme, Arianisme serta Macedonianisme.

Macedonianisme.  Macedonianisme menolak ajaran Allah Tritunggal dengan alasan bahwa Roh Kudus merupakan ciptaan Allah juga. Monarchianisme. Aliran ini juga menolak Tritunggal karena mereka ini mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah sejati, tetapi Yesus menjadi Kristus pada saat Yesus dibaptis oleh Yohanes, dan kemudian Allah mengadopsi Yesus setelah kematianNya.

Arianisme. Penganut paham Arianisme juga menolak ajaran Tritunggal karena kelompok ini berpendapat bahwa Yesus bukan Allah melainkan ciptaan Allah yang pertama.

Saksi Yehovah (SY). Aliran ini tidak percaya Allah Tritunggal dan juga tidak percaya akan kemahahadiran Allah. Juga sekaligus tidak mengakui Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Allah.

Ajaran Cildren of God. Aliran ini tidak menerima ajaran Tritunggal, karena menurut mereka istilah ini tidak terdapat dalam Alkitab. Mereka menganggap Allah yang dipercayai adalah Allah yang seksi (Sexy God).

Chistian Science. Menurut ajaran ini Roh Kudus atau Roh Penghibur adalah Christian Science.

Gerakan Zaman Baru (GZB). Gerakan ini fokus pada upaya transformasi kesadaran merupakan bagian dari upaya manusia menyelamatkan dirinya. Ia percaya pada Allah sang Bapa (yakni sang pencipta) dan Allah sang ibu (yakni sang bumi).

Sumber: https://teologialkitab.blogspot.com/2015/03/jenis-ajaran-sesat-dalam-kekristenan.html